Sementara itu, ratusan warga yang mengaku dari pihak FKPM utusan Kesultanan juga terlihat terlibat dalam aksi penghadangan tersebut.
"Kami utusan dari Sultan. Di Jogja tidak boleh ada separatis," teriak Muchamad Sahud, pimpinan FKPM melalui pengeras suara tepat di depan massa AMP saat menuju tempat akan dilakukan aksi demo.
Pihak FKPM juga terlihat membentangkan spanduk besar bertuliskan, "Yogyakarta Anti Anarkisme".
Menanggapi hal itu,Abbi-D (koordinator
lapangan aksi) berteriak, "Kami ini aliansi mahasiswa Papua yang menuntut
Papua merdeka. Bukan kelompok anarkis. Kami demo dengan damai. Jangan
halangi kami. Jangan labeli kami!".
Selain dipakasa membubarkan diri, massa pendemo juga dipaksa menyerahkan Bendera Bintang Kejora yang saat itu dibawa.
Sempat terdengar salah seorang pendemo yang meneriakan : "Suara kami dibungkam di kota yang katanya
kota dengan masyarakatnya yang menghargai perbedaan dan menjunjung
demokasi,".
Sementara itu, koordinator umum Aksi tersebut, Agus-D menyatakan : "Kami sudah memberitahu
soal demo ini kepada polisi, dan mereka sudah tahu. Seperti biasa, saya
pikir, mereka akan mengamankan kami sampai kami selesai demo. Ternyata
kami dipaksa mundur," jelas Agus.
Terkait penghadangan tersebut, dalam waktu dekat pihak pendemo beserta Pengurus IPMA Papua
akan melakukan audensi dengan pihak Kesultanan mengenai kebebasan menyampaikan
pendapat yang mulai dibungkam dan terkait isu-isu yang berkembang akhir-akhir ini di Yogyakarta yang mendiskreditkan mahasiswa Papua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar